Asyudin La Masiha
Kepulauan Obi adalah gugusan pulau dengan laut bukan hanya sebagai penyatu melainkan juga identitas dan kekayaan yang mestinya teroptimalisasi dalam pengelolaan. Sebagai daerah yang dikelilingi laut, Obi memiliki potensi kelautan yang tak kalah dengan daerah-daerah lain di Maluku Utara khususnya Halmahera Selatan, hanya saja pengelolaannya belum maksimal.
Berdasarkan Data, jumlah nelayan yang tersebar di Kepulauan Obi mencapai 767 kategori nelayan utama, 1055 nelayan tambahan dan 1589 nelayan penuh dengan total keseluruhannya 3411 nelayan pada tahun 2022 dan pada tahun 2023 meningkat mencapai 5835 nelayan dengan rincian 4446 nelayan utama, 16 nelayan tambahan dan 1373 nelayan penuh.
Sedangkan untuk jenis perahu yang digunakan ialah perahu tanpa motor berjumlah 824, motor tempel 97 dan 391 untuk kapal motor pada tahun 2022 yang mana mengalami peningkatan pada tahun 2023 mencapai 825 untuk jenis perahu tanpa motor, 102 jenis motor tempel dan 398 jenis kapal motor.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasar pada kondisi geografis dan karakteristik masyarakat, patutnya upaya peningkatan ekonomi Halmahera Selatan khususnya Obi dilakukan dengan pendekatan karakteristik kewilayahan, dan tidak melulu mengantungkan diri pada sektor industri pertambangan yang potensial mengancam keberlangsungan sosial ekonomi dan lingkungan di Obi, baik darat ataupun laut. Padahal Kelautan, perkebunan dan peternakan serta pariwisata adalah potensi-potensi yang sampai sejauh ini terkesan diabaikan.
Sebagai daerah yang menjadi jalur Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) yang menjadi media migrasi ikan pelagis berukuran besar, seperti tuna dan cakalang. Berdasarkan data pemerintah Halmahera Selatan, capaian produksi sebesar 5.210.586 untuk cekalang dan 4.265.537 ton pada tahun 2022. Migrasi kedua jenis ikan itu melalui gerbang Selat Makassar, Laut Maluku, dan Laut Halmahera, di mana Obi sendiri melalui Utara Pulau Obi yakni utara Pulau Bisa, bagian Barat Obi dan di bagian selatan melalui selatan Pulau Gamumu, tentu menjadi potensi dan membuat produktivitas perairan Pulau Obi sangat tinggi.
Mungkin ini menjadi dasar besarnya potensi sumber daya laut di Kepulauan Obi. Merujuk data resmi pemerintah Halmahera Selatan, perikanan laut Kepulauan Obi dengan produksi sebesar 4.296.497 ton ditahun 2022 dengan masing-masing persentase kecamatan; Obi Selatan mencapai 644.389; Obi mencapai 1.349.231; Obi Timur mencapai 640.748; Obi Barat sebesar 210.952; dan Obi Utara sebesar 1.451.177 dengan nilai produksi keseluruhan sebesar Rp. 84.795.879.600.
Pada tahun 2023 mengalami peningkatan mencapai 5.243.073 ton dengan sebaran produksi tiap kecamatan; Obi Selatan, 888.367; Obi, 1.860.050; Obi Barat, 203.245; Obi Timur, 290.818; dan Obi Utara, 2.000.593 dengan nilai produksi sebesar 100.269.2p7.593,17 Miliyar. Hal yang disayangkan, dari data yang ditampilkan pemerintah lewat Badan Pusat Statistik (BPS) Halmahera Selatan, untuk produksi dan nilai produksi tahun 2024 dan 2025 tidak disertakan sehingga tiada informasi lebih apakah mengalami kenaikan atau justru penurunan dari sektor perikanan baik pada jumlah nelayan ataupun produksi dan nilai produksi. Namun dengan data 2022 dan 2023, tentunnya itu adalah angka fantastis atas kekayaan sumber daya laut di Kepulauan Obi.
Hanya saja sampai sejauh ini, konsentrasi kebijakan terkait dengan potensi kelautan dan perikanan Pemerintah Halmahera Selatan seakan tak terasa di Kepulauan Obi. Patutnya dengan sumber daya yang di miliki, Obi menjadi atensi serius bagi pemerintah dalam kebijakan industri perikanan di Halmahera Selatan dengan tidak mengesampingkan daerah lain.
Infrastruktur dasar yang menopang Industri Perikanan dan Kelautan harus di perkuat, sarana tangkap dan fasilitas utama dan penunjang harus tersedia dan tak kalah pentingnya adalah pemberdayaan masyarakat nelayan juga tersedianya pasar yang berimbas langsung pada daya serap tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Pemerintah harus memainkan peran sepenuhnya, menjadi fasilitator, mediator juga eksekutor dengan segala kewenangan yang dimilikinya.
Industri Kelautan dan Perikanan adalah sektor ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perairan yang berimbas dan berperan krusial dalam mendukung ketahanan pangan dan ekonomi baik lokal maupun tingkat nasional. Jika kita mengenal adanya Hilirisani Nikel untuk percepatan ekonomi, saatnya Pemerintah Halmahera Selatan menggaungkan Hilirisasi Perikanan dan Kelautan sebagai ikhtiar pengelolaan sumber daya alam sebagai basis pembangunan ekonomi yang keberlanjutan dengan menjaga keseimbangan ekosistem antara alam dan manusia.*